UMKM budidaya ikan lele di Desa Gempol Klutuk telah berkembang sejak lama dan dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga umumnya sudah menguasai keterampilan dan pengetahuan budidayanya. Alasan Pak Muklar melakukan budidaya ikan lele berawal dari kelompok budidaya ikan lele kemudian mencoba membuat kolam mandiri di rumahnya. Pak Muklar memulai usaha budidaya ikan lele pada tahun 2013, usaha budidaya ikan lele beliau sudah berjalan selama 9 tahun. Penjualan yang dilakukan oleh beliau yaitu dengan cara melakukan jalinan kerjasama dengan pengepul, jadi usaha ikan lele tersebut akan didatangi sendiri oleh mereka yang membutuhkan ikan lele ataupun pelanggan.

Pada saat ini rata-rata peminat lele lebih menyukai jenis lele dumbo atau Clarias gariepinus oleh karena itu Pak Muklar mencoba untuk membudidayakan jenis lele tersebut. Tingkat produktivitas lele ini terbilang cukup tinggi dengan daya tumbuh cukup sedang. Lele dumbo mampu bertahan di kondisi cuaca ekstrem, seperti panas tinggi atau suhu dingin. Tingkat kanibalisme dumbo terbilang sedang. Keunggulan lele ini terletak pada ukuran tubuh yang panjang bulat, produktivitasnya cukup tinggi, dan tingkat mortalitasnya rendah. Sementara itu, kekurangan lele ini terletak pada proses perkawinan sedarah sehingga lele tidak bisa dikawinkan dengan lele yang berasal dari induk yang sama. Proses perkawinan menyebabkan kualitas lele cepat menurun sehingga lele mudah cacat, rentan terserang penyakit, dan tingkat adaptasinya rendah.

Setelah 4 tahun berjalan, usaha budidaya ikan lele milik Pak Muklar sempat mengalami kerugian yang besar hingga dinas pun sampai detik ini belum menemukan solusi untuk hal tersebut. “Salah satu penyebab kerugian dalam usaha budidaya ikan lele yaitu ikan lele terkena penyakit cacar yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomona.” Kata Pak Muklar

Siklus budidaya ikan lele cukup singkat, hanya 3 sampai 4 bulan. Dalam sekali panen ikan lele Pak Muklar bisa mencapai berat hingga 7 kwintal dengan jumlah bibit sebelumnya sebanyak 10.000 ekor.